Berdiri: 1985Alamat: Gelanggang Remaja Jakarta Utara (GRJU), Jalan Yos Sudarso no. 27 - 29Telepon: (021) 86606058Ketua Klub: Effendi AnasStadion: Lebak Bulus Jakarta
Sejarah Singkat
Persatuan Sepakbola Indonesia Jakarta Utara atau lebih dikenal dengan sebutan Persitara adalah sebuah klub profesional yang berkedudukan di Utara ibu kota. Tim berjuluk Laskar Si Pitung adalah salah satu kontestan Superliga 2008/09, kompetisi paling elit di tanah air musim ini.
Sama halnya dengan tim asal Jakarta lainnya, Persitara hidup dari sokongan dana APBD DKI Jakarta. Hanya saja, sejak berdiri pada 1985, tim yang awalnya bernama Persija Timut-Utara (Persijatimut) tidak mendapatkan kucuran dana rakyat itu sama seperti yang diterima saudara tuanya Persija Jakarta Pusat.
Puncaknya ketika tampuk kepemimpinan di ibu kota dipegang Sutiyoso selama dua periode. Persitara sama sekali tidak diperhitungkan dan hanya dianggap sebagai tim pelengkap. Terlebih dengan munculnya wacana Jakarta Satu. Yakni hanya satu tim sepakbola yang tampil mewakili Jakarta. Itu dilihat dari dana APBD yang diperoleh. Persija mendapat dana APBD sekitar Rp22 milyar, sementara Persitara hanya kebagian Rp3 milyar.
Namun, semangat juang dan pantang menyerah tim yang dipimpin Walikota Jakarta Utara itu tidak pernah kendur. Termasuk melawan wacana Jakarta Satu itu, meski dengan keterbatasan dana yang dimiliki. Itu pula yang membuat beberapa tim lain di Jakarta, seperti Persija Barat, Persija Selatan, tidak tidak bisa bertahan.
Yang paling tragis tentunya adalah Persijatimur, yang merupakan pecahan dari Persitara. Karena merasa kurang mendapat perhatian akhirnya tim ini dijual ke Pemprov Sumatera Selatan, yang kemudian berubah nama menjadi Sriwijaya Football Club (SFC).
Di era perserikatan, prestasi terbaik Persitara terjadi pada musim 1985/86, ketika sukses menembus divisi utama. Sayang, Mansyur Lestaluhu dan kawan-kawan kala itu hanya mampu bertahan satu musim di level atas kompetisi sepakbola nasional dan kembali ke divisi satu.
Tragisnya, karena tak kunjung mendapat perhatian dari Pemprov DKI, prestasi Persitara pun terjun bebas, hingga berada di divisi II pada musim 2002. Dari situlah tim yang diterima menjadi anggota PSSI sejak 1980 ini mulai merajut prestasi, hingga akhirnya bisa menembus Superliga yang baru pertama kalinya digelar musim ini.
Kiprah Di Superliga
Sukses menembus Superliga membuat Persitara mulai mendapat sedikit perhatian dari Pemprov DKI, meski dana APBD yang dialokasikan tetap saja tidak seimbang dengan saudara tuanya Persija Jakarta. Di mana Macan Kemayoran dipastikan kembali mendapat kucuran dana itu sebesar Rp22 milyar, sementara Persitara konon mendapat Rp16 milyar.
Sayang, hingga jelang berakhirnya putaran pertama, dana yang menjadi penopang kehidupan Persitara itu belum juga cair, karena terbentur dengan larangan pemerintah pusat menggunakan dana APBD untuk sepakbola. Persitara pun dilanda krisis finansial hebat yangmengakibatkan pemainnya belum mendapatkan pembayaran uang kontrak dan gaji selama tujuh bulan.
Akibat krisis finansial itu pula Persitara harus kehilangan pelatih Ricard Razid Azreg. Pelatih asal Belanda ini memutuskan hengkang karena tak kunjung mendapat bayaran. Hal yang sama dilakukan Jacksen F Tiago, pelatih yang menggantikan posisi Azreg, yang kemudian hengkang ke Persipura Jayapura.
Imbas dari krisis finansial ini pun memengaruhi prestasi Persitara, sehingga terus berada di zona degradasi. Dari 15 pertandingan yang dilakoni, Hariman Siregar dan kawan-kawan baru mengeloksi 11 poin dan menempati urutan kedua dari dasar klasemen. Hasil dari dua kali menang, lima kali seri, dan delapan kali kalah.
Harapan Persitara untuk keluar dari "zona maut" itu memang masih terbuka. Asalkan mampu meraih poin sempurna dari Persijap Jepara dan PSM Makassar di laga terakhir.
Peluang Juara
Melihat posisi Persitara yang berada di zona degradasi dan memiliki selisih poin yang cukup jauh dengan tim-tim papan atas, sangat musthalil tim ini mampu meraih juara Superliga musim ini. Yang paling realistis adalah bagaimana meyelamatkan tim ini agar tetap tampil di kasta tertinggi kompetisi sepakbola nasional musim berikutnya. Jika tidak hati-hati, maka jelas Persitara tetap akan berada dalam "zona merah" di putaran kedua.
Tapi sebetulnya, kendala utama yang dihadapi Persitara hanyalah masalah finansial. Begitu dana APBD DKI Jakarta itu cair, bisa dipastikan prestasi Persitara akan membaik. Hal itu karena dari segi materi pemain yang mengisi skuad tim besutan Dadang Iskandar itu cukup lumayan. Sederet nama yang sudah tidak asing di pentas sepakbola nasional seperti Rahmad Rivai, Taufik Kasrun, dan mantan kiper timnas U-23 Tri Prasnanto, menjadi jaminan untuk itu.
Prestasi
Liga Indonesia
1994/95: Divisi I 1995/96: Divisi I 1996/97: Divisi I 1997/98: Kompetisi dihentikan1998/99: Semi-final Divisi I1999/00: Peringkat ke-5 Divisi I Grup Tengah II2001: Peringkat ke-5 Divisi I Grup Tengah II2002: Degradasi ke divisi II2003: Peringkat ke-3 Divisi II Grup C2004: Delapan Besar Divisi II (Promosi ke Divisi I karena penambahan klub)2005: Peringkat ke-4 Divisi I (Promosi ke Divisi Utama)2006: Peringkat ke-8 Wilayah Barat2007: Peringkat ke-6 Wilayah Timur (Promosi ke Superliga)
Minggu, 10 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar